Koneksi Internet Mesir Hidup Lagi

Setelah empat lima hari 'log out' dari sambungan internet, Mesir kini telah online kembali. Seperti dikutip dari situs CNet, pemerintah Mesir telah memulihkan kembali sambungan internetnya. "Penyedia-penyedia layanan internet Mesir telah mengembalikan koneksi internet pada 11.29 waktu Kairo (16.29 wib)," ujar firma pemantau internet Renesys, dalam blog resmi mereka.


Kini, beberapa situs di Mesir, termasuk Kedubes AS di Kairo, Bank Sentral Mesir, maupun Bursa Saham Mesir, sudah dapat diakses.

Tak ayal lagi, kegiatan Twitter seputar tema 'Egypt kini juga meningkat. "Internet telah normal kembali di Mesir! AKHIRNYA!" kata Dalia Ziada, salah seorang aktivis kemanusaiaan yang berlokasi di Kairo.

Setelah lima hari putus hubungan dengan internet, kini Dalia kebanjiran email di kota inbox-nya. "Oh Tuhan, Saya mendapat lebih dari 500 e-mail!"

Pemulihan koneksi internet ini dilakukan setelah Presiden Hosni Mubarak menyatakan untuk tidak mencalonkan diri lagi pada pemilu mendatang. Mubarak sendiri tetap enggan untuk mundur saat ini.

Sebelumnya, Mesir memutuskan koneksi internet sejak Jumat pekan lalu. Hal itu ditempuh sebagai bagian dari upaya pemerintah menangkal gerakan oposisi yang menggunakan Facebook dan Twitter sebagai media komunikasi mereka.
Selengkapnya >>>

Hacker Buat Akses Internet Darurat di Mesir

Upaya pemerintah Mesir memblokir internet di negaranya untuk melumpuhkan jalur komunikasi kelompok oposisi, memunculkan upaya-upaya kelompok aktivis internasional untuk memulihkan koneksi internet di negara itu.

Kelompok aktivis internet Telecomix serta kelompok hacker Anonymous dikabarkan berupaya untuk membangun kembali infrastruktur internet darurat di Mesir dengan membangun akses point internet sendiri dan memanfaatkan saluran kabel telepon luar negeri.

Seperti dikutip dari Forbes, sejak Kamis malam waktu setempat, Mesir memang telah memblokir akses internet dari empat penyedia internet (ISO) terbesar mereka: Link Egypt, Vodafone/ Raya, Telecom Egypt, dan Etisalat Misr.

Bahkan, tak hanya koneksi internet, Mesir juga memblokir layanan SMS di negaranya. Hal itu dilakukan oleh pemerintah, karena selama ini kelompok oposisi memanfaatkan jejaring sosial untuk melakukan komunikasi dan koordinasi dalam melaksanakan aksi-aksi mereka.

Akibatnya, beberapa aktivis Mesir kini memanfaatkan radio amatir untuk saling berkomunikasi. "Internet tidak berfungsi, mobil polisi terbakar. Hari ini menandai hari besar bagi sejarah Mesir," ujar seorang warga Mesir yang menggunakan sandi Morse lewat radio amatir.

Namun, setidaknya hingga kini jaringan telepon kabel di Mesir tetap bisa berfungsi. Oleh karenanya, kelompok hacker Anonymous, bahkan sempat mengirimkan dokumen-dokumen bocoran WikiLeaks tentang kekejaman dan kebrutalan rezim Hosni Mubarak melalui faksimili, ke sekolah-sekolah di Mesir.

Mereka menghimpun database nomor faksimili milik perusahaan dan sekolah-sekolah di Mesir dengan cara mencarinya di mesin pencari Google. Selain itu, Telecomix juga memantau saluran radio amatir, untuk membangun komunikasi dengan kelompok oposisi lokal.

“Kami berdiri di belakang rakyat kecil yang tengah berjuang melawan pemerintahnya. Kami percaya, orang-orang perlu melihat kebenaran, karena kini mayoritas Internet Mesir mati sehingga publik tidak bisa mengakses informasi vital ini,” kata salah satu sumber dari kelompok Anonymous.

Sebelumnya, hacker Anonymous dikenal sebagai kelompok hacker yang membela situs pembocor rahasia WikiLeaks dan melakukan serangan terhadap pihak-pihak yang dianggap memusuhi WikiLeaks, seperti PaypPal, Visa, atau MasterCard.

Sebelum pemerintah Mesir memblokir akses internet, Anonymous juga sempat menargetkan serangan Distributed Denial of Service (DDoS) terhadap situs-situs pemerintahan Mesir, khususnya situs Kementrian Komunikasi dan Teknologi Informatika Mesir.
Selengkapnya >>>

Hacker Anonymous Dukung Oposisi Mesir

Ingat kelompok hacker yang gigih membela situs pembocor rahasia WikiLeaks? Kini para peretas yang menamakan diri mereka sebagai kelompok Anonymous, turut ambil bagian dalam memanasnya tensi politik di Mesir. Kali ini, Anonymous menyatakan akan mendukung perjuangan kelompok oposisi Mesir.

Melalui siaran pers yang disebarkan secara luas, mereka mengancam untuk membombardir situs-situs pemerintah Mesir karena dianggap menghalang-halangi kebebasan informasi di negara itu.

Seperti diketahui sebelumnya, Mesir memang memblokir Facebook, Twitter, bahkan akses layanan BlackBerry di negaranya untuk meredam perjuangan kaum oposisi.

"Anonymous ingin agar Anda menyediakan akses bebas bagi media tanpa sensor di seluruh penjuru negeri. Bila Anda mengabaikan permintaan ini, kami tak segan-segan untuk menyerang situs-situs pemerintah, dan kami juga akan membuat media internasional melihat kenyataan pahit yang Anda lakukan kepada masyarakat."

Seperti dikutip dari situs milik firma keamanan komputer Sophos, target utama Anonymous adalah situs milik Kementerian Komunikasi dan Informatika Mesir.

Seperti halnya serangan yang sempat dilancarkan terhadap PayPal, operasi yang dinamakan Operation Egypt kali ini juga mengandalkan pola penyerangan Distributed Denial of Service (DDoS), yakni dengan membanjiri situs target dengan banyak trafik, dalam waktu seketika.

Tentu saja, karena sejak dini hari waktu setempat akses Internet di Mesir diblokir, para hacker pun tak bisa melancarkan aksi mereka membombardir situs-situs pemerintah Mesir.

Sementara itu, pemerintah Inggris kemarin kembali menangkap lima orang yang dicurigai mendukung aksi kelompok Anonymous dalam melancarkan serangan mereka ke situs-situs seperti PayPal dan Amazon. Kelima orang yang diciduk polisi itu berusia antara 15-26 tahun.
Selengkapnya >>>

Terus Didemo, Mesir Blok Facebook dan Twitter

Pemerintah Mesir memblokir akses internet ke Facebook dan Twitter di wilayah mereka. Pasalnya, kedua laman jejaring sosial itu telah menjadi andalan para aktivis untuk mengerahkan massa menentang rezim Presiden Hosni Mubarak secara serentak di penjuru Mesir dalam beberapa hari terakhir.

Demonstrasi anti Mubarak terus berlangsung Rabu waktu setempat, kendati pemerintah sudah melarang massa untuk berkumpul dan berunjuk rasa seperti yang mereka lakukan Selasa lalu.

Menurut stasiun berita MSNBC, pemerintah Mesir mulai memblokir akses ke Facebook dan Twitter pada Rabu, 26 Januari 2011, sehari setelah digelar aksi demonstrasi terbesar di negara itu. Warga kini mulai mengeluhkan sulitnya akses ke Facebook. Keluhan telah disampaikan ke markas Facebook di Amerika Serikat.

“Kami mengetahui laporan adanya gangguan pelayanan, namun kami tidak menemukan adanya perubahan berarti pada lalu lintas jaringan di Mesir,” ujar Andrew Noyes, manajer komunikasi kebijakan publik Facebook.

Menurut laporan dari Herdict.org, sebuah laman yang dikelola oleh Universitas Harvard untuk memantau aksesibilitas internet di seluruh dunia, layanan Twitter di Mesir mengalami gangguan. Laporan ini telah dibenarkan oleh Twitter berdasarkan konfirmasi yang dilansir dari laman PCMag.

“Kami mengkonfirmasikan bahwa Twitter diblokir di Mesir pada pukul 8 pagi hari ini (Rabu, 26 Januari 2011). Pemblokiran berdampak pada Twitter dan berbagai aplikasinya,” ujar Twitter pada akun @twitterglobalpr.

“Kami yakin keterbukaan informasi dan pandangan akan memberikan keuntungan pada masyarakat dan membuat pemerintah lebih baik dalam berhubungan dengan rakyat,” lanjut Twitter lagi.

Dengan lima juta penggunanya, Mesir adalah pengguna jejaring sosial terbesar di antara negara-negara Arab. Menurut kantor berita Associated Press, jejaring sosial adalah alat utama para pengunjuk rasa dalam berkomunikasi dan mengumpulkan massa.

Salah satu grup di Facebook yang mendapatkan banyak pengikut adalah “Kami semua Khaled Said”, merujuk nama seorang pengunjuk rasa yang tewas dipukuli polisi keamanan. Pada Selasa, grup ini telah mendapatkan 90.000 pengikut yang menyatakan protesnya terhadap pemerintah.

Berkat ajakan unjuk rasa yang diposting di dua jejaring sosial ini, ribuan orang turun ke jalan pada Selasa dan terus berlanjut pada Rabu. Enam orang dilaporkan tewas di Kairo dan Suez pada bentrokan antara pengunjuk rasa dengan pasukan keamanan.
Selengkapnya >>>

Warga Liberia Tipu Janda Rp5 M Lewat Facebook

Keberadaan situs jejaring sosial seperti Facebook kini menjadi media paling populer dan digandrungi setiap orang, mulai sekadar mencari teman hingga jodoh. Namun, di sisi lain, Facebook kerap menjadi alat bagi pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya, seperti penipuan.


Bahkan, berbagai modus kejahatan melalui Facebook mulai berkembang. Yang tergolong baru yakni penipuan yang mengincar janda-janda melalui situs jejaring sosial.

Seperti yang terjadi pada RN, perempuan pengusaha kaya yang tertipu oleh lelaki berkewarganegaraan Liberia berinisial MRGG (45). Akibatnya, RN tertipu hingga Rp5 miliar.

"Pelaku, MRGG, memang mengincar para perempuan, terutama janda yang memiliki akun Facebook," kata Kepala Satuan Cyber Crime Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, AKBP Hermawan, di Jakarta, Rabu 2 Februari 2011.

Modus yang dilakukan pelaku, menurut dia, awalnya sebatas perkenalan dengan tersangka. Singkat cerita, korban yang merupakan janda itu, kemudian meminta pelaku mengenalkannya dengan seorang pria untuk dijadikan istri.

Untuk lebih meyakinkan korban, tersangka kemudian membuat akun di Facebook dengan nama Josh. Di Facebook itu, tersangka memasang foto-foto lelaki berkulit putih yang bertampang keren dan gagah. Hal itu dilakukan agar korban merasa yakin dan memilih untuk segera berkenalan.

Tidak hanya itu, Hermawan melanjutkan, pelaku juga memasang foto lelaki kulit putih itu bersama anaknya. Upaya itu untuk memperlihatkan seolah-olah pria yang penyayang anak, sehingga korban tertarik.

Setelah itu, korban dan tersangka menjalin komunikasi yang intensif melalui chatting. Tersangka pun mengeluarkan rayuan gombalnya agar mendapatkan semua keinginannya. Bahkan, tersangka berjanji akan menikahi korban, meskipun keduanya tidak pernah bertemu sekali pun.

Tersangka kemudian mengaku membutuhkan uang banyak karena harus masuk ke rumah sakit. Bahkan, pelaku meminta anak kecil untuk berteriak meminta tolong kepada korban, melalui handphone. "Itu dilakukan agar korban semakin percaya," ujar dia.

Karena merasa iba dan mulai mencintai pelaku, korban akhirnya mempercayai dan rela mengeluarkan uang senilai total Rp5 miliar.

"Uang itu ada yang sebagian ditransfer ke bank di Thailand dan ada yang diambil langsung oleh tersangka dengan berpura-pura menjadi kurir 'Josh'," jelas dia.

Karena merasa telah tertipu, korban kemudian melaporkan perbuatan tersangka ke Polda Metro Jaya pada Januari 2011.

Polisi akhirnya berhasil mengamankaan tersangka di rumahnya di Centex, Ciracas, Jakarta Timur pada Rabu 2 Februari 2011. Dari tersangka, polisi menyita uang tunai senilai total Rp260 juta terdiri atas mata uang euro, bath, dolar AS, dan rupiah.

Selain itu, polisi menyita sebuah laptop, iPad, dan sejumlah handphone.

Tersangka, menurut Kasat, telah melakukan aksinya sejak 2006. Hal itu dikuatkan adanya beberapa bukti transfer uang ke rekeningnya sejak 2006.

Polisi menduga, kegiatan penipuan tersangka merupakan sindikat. Hingga kini, polisi masih mengejar satu teman tersangka berinisial Br yang pernah melakukan penipuan modus sama senilai Rp8 juta terhadap wanita janda asal Indonesia. "Teman-temannya ada di Indonesia, Bangkok, dan Malaysia," ujarnya.

Selain itu, pihaknya akan mengeluarkaan red notice bagi daftar pencarian orang (DPO) yang berkewarganegaraan Liberia tersebut. Tersangka yang kini ditahan juga akan dicekal.

Untuk mengantisipasi modus kejahatan itu, Kasat meminta kepada masyarakat pengguna Facebook untuk tidak mudah menambah atau selektif jika ada seseorang yang ingin berteman melalui jejaring sosial itu. "Jangan add orang yang belum dikenal. Bisa jadi itu para pelaku kejahatan yang tengah mengincar korbannya," tuturnya.
Selengkapnya >>>