Situs Mastercard dan Visa Diserang Hacker

Situs internet perusahaan kartu kredit terkemuka, Mastercard dan Visa, sempat diserang para peretas (hacker), Rabu 8 Desember 2010 waktu setempat. Serangan terjadi setelah perusahaan itu memblokir aliran sumbangan ke laman pembocor rahasia AS, WikiLeaks.

Menurut laman harian Telegraph, serangan para peretas itu bernama "Operasi Payback." Sebelumnya, kalangan peretas yang bersimpati dengan WikiLeaks bertekad akan melakukan perang di dunia maya (cyber war) bila laman yang didirikan Julian Assange itu mendapat serangan bertubi-tubi dari berbagai pihak karena sepak terjangnya mengungkap rentetan informasi sensitif berupa memo diplomatik rahasia AS.

Operasi itu dilakukan oleh kelompok peretas yang dikenal dengan julukan Anonymous (tanpa nama), dan diduga beranggotakan 1.500 hingga 2.000 orang. Mereka menyerbu laman Mastercard dan Visa sehingga sempat sulit diakses oleh kalangan awam. Namun, saat coba diakses VIVAnews pada Kamis pagi, 9 Desember 2010, laman Mastercard kembali berfungsi normal, begitu pula dengan laman Visa, yang kembali bisa diakses walau butuh waktu cukup lama.

Serangan hacker terjadi setelah Mastercard dan Visa menyatakan tidak lagi memproses sumbangan dari publik kepada WikiLeaks. "Kami akan menyerang apapun atau siapapun yang mencoba menyensor WikiLeaks, termasuk perusahaan miliaran dolar," demikian pernyataan Anonymous.

Sementara itu, jurubicara Mastercard, menyatakan bahwa laman mereka kembali normal dan bisa melayani pelanggan setelah mendapat serbuan akses dalam waktu bersamaan sehingga membuat laman tersebut berfungsi lambat.

Jurubicara Visa juga mengaku bahwa laman mereka, tidak seperti biasa, sempat sulit diakses. "Kami minta maaf atas ketidaknyamanan para pengguna kartu kredit. Namun, ini tidak berdampak apapun atas transaksi dengan Visa," tutur jurubicara itu.
Selengkapnya >>>

Seorang Nomaden Pembocor Rahasia Dunia

Dunia kini memperbincangkan Julian Assange. Lelaki 39 tahun itu mengguncang jagad politik global dengan bocoran informasi lewat situs yang didirikannya, WikiLeaks.
Tampilan situs itu sederhana saja. Tapi isinya sangat sensitif. Puluhan ribu dokumen rahasia, terutama dari pemerintah AS, disebar di situs itu. Mulai dari dokumen militer hingga memo diplomatik. Informasi juga menyinggung sikap para pejabat penting sejumlah negara, yang selama ini tak diberitakan publik.

Assange kini bersembunyi. Dia menjadi buronan nomor satu oleh Organisasi Polisi Kriminal Internasional (Interpol) berdasarkan permintaan Swedia. Tapi bukan karena urusan bocoran dokumen. Assange diincar atas kasus perkosaan, dan pelecehan seks di Swedia. Tak sedikit yang berspekulasi, Assange sengaja dituduh begitu, akibat ulahnya membeberkan dokumen rahasia.

Assange lahir di Australia pada 3 Juli 1971. Dia dulunya adalah seorang penerbit, dan aktivis internet. Sebelum mendirikan WikiLeaks pada tahun 2006, Assange juga dikenal sebagai seorang hacker (peretas) terkenal, mahasiswa matematika, dan fisika serta seorang programer komputer.

Lelaki berambut pirang ini semasa kecilnya jarang mendapat pendidikan formal. Sejak kecil dia hidup berpindah-pindah. Ayah tirinya begitu kejam, sehingga Assange dan ibunya harus kabur. Dia hidup berpindah selama 37 kali sebelum dia berusia 14 tahun. Dia kerap berpindah sekolah, bahkan tak jarang terpaksa sekolah di rumah.
Kemudian ketika remaja dia mulai mengikuti perkuliahan di berbagai perguruan tinggi di Australia.

Pada tahun 1987, ketika usianya baru menginjak 16 tahun, Assange menjadi seorang hacker. Nama sandinya Mendax. Bersama dua hacker lainnya, dia mulai membuat kelompok, bernama International Subversives. Mereka bukan hacker perusak program, namun mencuri informasi dan membaginya kepada umum.

Dia dan kelompoknya tercatat punya akses ke satu universitas di Australia. Juga ke Nortel, sebuah perusahaan telekomunikasi Kanada, serta organisasi-organisasi lainnya. Pada tahun 1991 Assange ditangkap. Setahun kemudian dia dinyatakan bersalah dengan 24 dakwaan terkait aktivitas hacker. Dia bebas tahun itu juga, dengan membayar uang jaminan AU$2100.

Pada 2006, Assange bersama sembilan orang lainnya, mendirikian WikiLeaks. Tapi hanya Assange yang dikenal, karena dia tampil sebagai juru bicara vokal. Tujuan awal WikiLeaks adalah memberikan balasan kepada perusahaan yang bertindak tidak etis, dan membantu memberantas korupsi di lembaga publik.

Di Websitenya, WikiLeaks menuliskan organisasi itu punya tujuan mulia: menciptakan keterbukaan. “Transparansi menciptakan kehidupan lebih baik bagi semua masyarakat. Pengawasan yang baik akan mengurangi korupsi dan memperkuat demokrasi di semua institusi sosial, termasuk pemerintahan, perusahaan dan organisasi lainnya,” tulis WikiLeaks di situsnya.

Assange dan anggota WikiLeaks lainnya adalah relawan. Mereka tidak dibayar, dan semua pembiayaan diperoleh dari donasi para pengunjung situs nyentrik itu. Assange mengatakan WikiLeaks membocorkan dokumen rahasia lebih banyak daripada semua media di dunia, bahkan bila temuan mereka digabung jadi satu paket.
Assange hidup dengan gaya nomaden. Dia pernah menginap di bandara. Kadang dia merayap di Australia, Kenya dan Tanzania. Terakhir, Assange dilaporkan menyewa sebuah rumah di Islandia, Maret lalu. Dia kadang hadir di acara wawancara dengan media ternama, seperti Al Jazeera, MSNBC, Democracy Now! dan The Colbert Report.

Pada 3 Juni lalu dia muncul di acara Personal Democracy Forum di New York. Tapi, Assange tak hadir secara fisik. Dia tampil lewat video-conference. Sejak WikiLeaks makin aktif membocorkan rahasia AS, dia merasa tak aman lagi jika mengunjungi Amerika Serikat.

WikiLeaks mengantarkannya memperoleh beberapa penghargaan. Diantaranya penghargaan media dari Amnesty International pada 2009, Penghargaan Economist Index on Cencorship pada 2008, Sam Adams Award pada 2010.

Dia dinobatkan sebagai 25 orang visioner yang akan mengubah dunia versi majalah Utne Reader. Pada 12 November 2010, dia masuk jajaran Person of the Year versi majalah Time.
Selengkapnya >>>

Video Hacker WikiLeaks tentang Perang Cyber

Setelah seorang remaja 16 tahun ditahan oleh polisi Belanda karena dituduh mendukung serangan terhadap situs MasterCard dan PayPal, tak lama kemudian situs kepolisian dan situs resmi Kejaksaan Belanda dilaporkan tumbang.



Seperti dikabarkan oleh kantor berita China Xinhua yang mengutip laporan media Belanda, situs kepolisian Belanda lumpuh karena serangan yang dilancarkan para peretas. Seorang juru bicara kepolisian Belanda membenarkan serangan tersebut.

Sementara para jaksa penuntut pemerintah Belanda hingga kini juga masih menyeldiki masalah yang menimpa situs mereka. Media lokal Belanda mengatakan bahwa serangan tersebut adalah respon atas penangkapan remaja 16 tahun yang dicokok akibat menyerang situs Mastercard, Visa, dan PayPal.

Menurut CBC, media Belanda menyebut para aktivis hacker (hacktivist), yang menamakan diri sebagai Anonymous, adalah kelompok yang mengaku bertanggung jawab terhadap berbagai serangan terhadap situs-situs yang dianggap memusuhi situs pembocor dokumen rahasia WikiLeaks.

Melalui sebuah operasi yang mereka namakan Operation Payback, kelompok hacker ini memproklamirkan perang terhadap 'musuh-musuh' WikiLeaks. Kepada Russia Today, salah seorang perwakilan kelompok Anonymous angkat bicara.

Perwakilan hacker itu antara lain menegaskan bahwa mereka akan berjuang membersihkan nama WikiLeaks. Oleh Karenanya, mereka menyerang situs-situs yang membekukan akun WikiLeaks, seperti MasterCard, Visa, dan PayPal.

"Kami lakukan serangan ini karena perusahaan-perusahaan ini telah menghentikan pendanaan WikiLeaks, merampas dana dari WikiLeaks, walaupun belakangan PayPal bersedia mengembalikannya secara terpaksa," kata hacker itu kepada Russia Today.
Menurutnya, mereka berhasil melumpuhkan situs-situs itu dengan penyerangan Distributed Denial of Service (DDoS) yaitu menghujani situs dengan trafik agar situs tersebut sibuk dan tidak bisa diakses oleh pihak lain.

Dengan sebuah program sederhana, kata dia, seseorang yang bukan ahli internet bisa membantu kelompok Anonymous melancarkan serangan mereka. Kini Anonymous mengklaim memiliki lebih dari 9 ribu orang yang secara sukarela mendukung misi mereka.

Ia juga mengatakan tidak akan menyerang situs Amazon, yang sebelumnya menghentikan jasa hosting server bagi WikiLeaks. "Kami bukan kelompok yang berbahaya, kami beraksi berdasarkan upaya kami membela kebebasan berpendapat dan menyebarkan informasi, dan menyerang Amazon kami nilai terlalu berlebihan," katanya.

Yang tak kalah penting, hacker Anonymous itu mengatakan, serangan mereka terhadap situs-situs itu bukan hanya untuk kesenangan semata melainkan untuk kebebasan informasi.

"Kami melakukan serangan ini karena situs-situs ini melawan WikiLeaks. Perusahaan-perusahaan semacam ini melakukan permainan yang kejam terhadap publik, kami akan membuat mereka kalah. Mereka akan kalah di setiap waktu."
Selengkapnya >>>

Berbagai Bocoran WikiLeaks yang Bikin Heboh

WikiLeaks membuat gempar lewat keberaniannya membocorkan puluhan ribu dokumen rahasia milik Amerika Serikat. Bukan belakangan ini saja, situs non-profit itu sudah menjalankan misinya sejak beberapa tahun lalu.

Seperti dikutip dari laman Telegraph, berikut adalah sejumlah dokumen rahasia yang pernah dibocorkan ke laman publik yang dirintis jurnalis asal Australia Julian Assange.

1. Serangan Helikopter Apache di Irak
Sebuah rekaman video memperlihatkan perilaku sadis tentara Amerika Serikat di Irak. Dari atas helikopter Apache milik angkatan perang negara adidaya itu, para tentara menembak mati 15 orang, termasuk dua wartawan Reuters.

Gambar yang terekam lewat kamera di senjata helikopter itu dirilis laman WikiLeaks. Dari rekaman itu terdengar suara tawa tentara sambil mengatakan, "Mati kau!" Lalu terdengar pula, "Rekam, simpan gambar, simpan gambar."

Militer AS telah menolak memberi sanksi kepada tentaranya. Mereka berdalih mereka yang tertembak adalah para pemberontak dan wartawan yang nekat memasuki kawasan yang akan digempur tentara. Tentara juga berdalih bahwa sulit membedakan apakah wartawan itu membawa kamera atau senjata.

Salah satu kerabat wartawan Reuters yang tertembak menimpali, "Pertanyaan saya adalah bagaimana bisa pilot-pilot Amerika yang sangat terampil dengan teknologi informasi tidak bisa membedakan antara kamera dan rudal."

2. Email Sarah Palin
Menjelang Pemilihan Presiden Amerika, 2008, email pasangan kandidat Partai Republik John McCain, Sarah Palin, di-hack oleh kelompok dunia maya yang gencar berperang dengan Gereja Scientology. Dua email, daftar kontak, dan berbagai foto keluarga yang diposting ke WikiLeaks.

Dari WikiLeaks juga terungkap bahwa Palin telah menggunakan akun pribadi untuk mengurus kerja pemerintahannya. Palin diduga melakukannya untuk menghindari undang-undang yang berhak merekam aktivitas akun publik milik pejabat.

Dalam kampanyenya, McCain menganggap itu sebagai sebuah serangan mengejutkan terhadap privasi gubernur dan pelanggaran hukum.

3. Kitab Suci Gereja Scientology
Pada tahun 2008, WikiLeaks menerbitkan kompilasi 'kitab suci' Gereja Scientology. Termasuk di dalamnya sejumlah ajaran dan kegiatan gereja kontroversial itu. Pengacara Gereja Scientology meminta Wikileaks menarik publikasi itu. Namun, pengelola situs itu menolaknya.

4. Email Unit Penelitian Iklim
WikiLeaks menampilkan lebih 1.000 email yang dikirim dalam kurun 10 tahun oleh para staf di University of East Anglia's Climate Research Unit (RCU). Email ini menunjukkan bagaimana sejumlah ilmuwan melakukan rekayasa untuk memperkuat argumen bahwa pemanasan global nyata terjadi akibat ulah manusia.

Terkuak di WikiLeaks, seorang ilmuwan menulis di emailnya, "Saya baru saja membuat trik untuk menyelesaikan Mike's Nature (salah satu jurnal ilmiah), untuk menyembunyikan penurunannya."

Bocornya email-email semacam itu jelas membuat berang banyak pihak, terutama mereka yang menjunjung tinggi karya ilmiah. Itu dianggap sebagai skandal ilmiah terburuk. Pimpinan RCU, Profesor Phil Jones, akhirnya memutuskan mundur dari jabatannya sebagai bentuk pertanggungjawaban.

5. Data Pager Serangan 11 September
November tahun lalu, WikiLeaks mempublikasikan lebih 500 ribu pesan pager yang terkirim di wilayah Amerika Serikat pada hari serangan 11 September. Mulai dari pesan yang dikirim pejabat pemerintah, hingga orang biasa. Wikileaks mengatakan, publikasi pesan-pesan itu untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang apa yang terjadi pada hari itu.

6. Daftar Hitam Internet di Australia
Tahun lalu, ketika pemerintah Australia merancang aturan agar pengguna internet tidak bisa melihat situs yang dianggap tidak cocok menurut pemerintah setempat, WikiLeaks membocorkan daftar situsnya. Ternyata bukan situs porno. Beberapa yang termasuk daftar tersebut adalah video-video YouTube, materi Wikipedia, situs agama pinggiran, bahkan situs agen perjalanan.

7. Standar Operasi Penjara Guantanamo
Pada 3 Desember 2007 silam, WikiLeaks menampilkan pedoman “Standar Prosedur Operasi Camp Delta”, salah satu blok sel di Guantanamo. Pedoman ini mengisyaratkan adanya kekerasan dan diskriminasi yang terjadi di penjara tersebut. Panduan itu menyebutkan tahanan tidak bisa mendapat akses ke Palang Merah sampai lebih dari empat pekan.

8. Dokumen Cegah Data Bocor ke WikiLeaks
Tahun lalu, militer Inggris mengeluarkan panduan untuk mencegah bocornya dokumen-dokumen resmi mereka ke WikiLeaks. Dalam dokumen tersebut wartawan dianggap sebagai ancaman keamanan. Beberapa pihak yang dianggap bisa membocorkan informasi rahasia adalah intelijen asing, penjahat, kelompok teroris, dan staf yang tidak puas.

Sebuah dokumen milik Pentagon yang juga bocor juga menyebutkan WikiLeaks sebagai ancaman bagi keamanan nasional.
Selengkapnya >>>

Ikut Serang Paypal, Remaja Ditahan Polisi

Seorang anak remaja berusia 16 tahun asal Belanda ditangkap oleh yang berwajib dengan tuduhan penyerangan terhadap situs-situs MasterCard dan PayPal.

Anak tersebut dianggap telah melakukan penyerangan terhadap situs-situs tadi dengan melakukan serangan Distributed Denial of Service (DDoS).

Serangan itu sendiri dilakukan atas motif dukungan anak tersebut kepada WikiLeaks, dan pendirinya Julian Assange, yang belum ini ditangkap di Inggris.Remaja yang namanya tidak disebutkan itu dicokok dan kemudian diinterogasi tim kriminal teknologi tinggi kepolisian nasional Belanda. Ia mengakui perbuatannya.

Seperti dikutip dari situs firma keamanan komputer Sophos, komputer milik remaja nahas ini telah disita oleh polisi rencananya, pengadilan Rotterdam di Belanda akan mengadili remaja ini pada Jumat mendatang.

Sebelumnya, dua stasiun TV Belanda melaporkan bahwa polisi Belanda juga sempat menyambangi kantor LeaseWeb dan EvoSwitch dua perusahaan yang diyakini menyediakan layanan internet kepada kelompok hacker Anonymous.

Kelompok Anonymous adalah kelompok peretas yang belum lama ini memproklamirkan operasi penyerangan terhadap 'musuh-musuh' WikiLeaks dengan nama nama Payback Operation.

Operasi penyerangan yang dilancarkan para hacker memang sempat melumpuhkan situs-situs MasterCard, VISA, PayPal. Tak hanya itu, operasi ini juga telah melumpuhkan beberapa situs seperti Swiss Bank Post Finance, situs milik penuntut Julian Assange di Swedia (www.aklagare.se), penyedia domain EveryDNS, pengacara dua wanita yang mengklaim kejahatan seksual Assange (advbyra.se) serta situs tokoh-tokoh yang secara terbuka memusuhi WikiLeaks seperti Sarah Palin dan Senator Lieberman.

Menurut firma keamanan Pandalabs Security, operasi ini telah melumpuhkan situs-situs tadi selama lebih dari 94 jam downtime.
Selengkapnya >>>

"Dokumen Pentagon Dicuri Dengan CD Lady"

Ratusan ribu dokumen rahasia Amerika Serikat yang terdiri dari catatan diplomatik dan rahasia perang hilang. Siapa sangka bahwa semua dokumen ini dicuri dengan mudah.

Dokumen itu dicuri oleh seorang tentara berpangkat rendah dengan hanya menggunakan CD dan memory stick.

Bradley Manning, 23, seorang analis intelijen AS, saat ini tengah menjalani pengadilan di Amerika Serikat atas pencurian ratusan ribu dokumen yang dilakukannya dan menyebarkannya ke WikiLeaks.

Di antara dokumen yang dicurinya adalah rekaman video insiden di Afghanistan dan Irak dimana kru helikopter Apache menembakkan roket ke arah segerombolan orang, salah satu diantaranya adalah wartawan Reuters.

Jika terbukti bersalah, Manning dapat dikenakan hukuman penjara hingga 52 tahun lamanya.

Lalu bagaimana cara Manning memperoleh informasi rahasia tersebut dan mengirimkannya tanpa diketahui siapapun?

Manning mengatakan bahwa hal itu sangat mudah sekali, sampai tidak ada seorang pun yang menyadarinya. Dia menjelaskan bahwa dia telah menyalin dokumen-dokumen rahasia tersebut dari sebuah komputer di sebuah markas AS di Irak tempatnya bertugas.

Pemuda yang mengaku kesepian di tempatnya bertugas ini mengatakan bahwa dia hanya menggunakan CD berlabel Lady Gaga, menghapus isinya dan menyalin semua dokumen yang telah di perkecil ukurannya ke dalam CD tersebut. Lalu dia menyalinnya lagi ke sebuah memory stick dan mengirimkannya ke laman WikiLeaks.

"Tidak ada yang mencurigainya. Saya pura-pura mendengarkan dan berlagak menyanyikan lagu Lady Gaga ‘Telephone’ ketika saya memasuki data bocor terbesar dalam sejarah. Hillary Clinton dan ribuan diplomat di seluruh dunia akan terkena serangan jantung ketika mereka mendapati pada pagi hari rahasia kebijakan internasionalnya tersedia untuk publik," ujar Manning seperti dilansir dari laman The Guardian, Rabu 1 Desember 2010.

Dia mengatakan bahwa dia memiliki akses ke dokumen rahasia 14 jam sehari dan tujuh hari seminggu selama delapan bulan. Belakangan, diketahui Manning mencuri semua dokumen tersebut dari Siprnet (secret internet protocol router network distribution), yaitu jejaring database yang dibuat untuk menghubungkan personil militer AS di seluruh dunia.

Pengakuan Manning diperoleh dari percakapan onlinenya dengan seorang mantan hacker, Adrian Lamo, pada 21 Mei tahun ini. Transkrip percakapan itu oleh Lamo kemudian diunggah ke laman wired.com dan diberikan kepada FBI.

“Setiap kali ada pos AS di suatu negara, pasti ada skandal diplomatik yang akan terungkap. Anarki tingkat dunia dalam format CSV, sangat indah sekaligus menakutkan,” ujarnya.

“Saya ingin agar semua orang memperoleh kebenaran. Informasi harusnya gratis, karena termasuk dalam ranah publik, ” lanjutnya lagi.

Kebocoran ini menunjukkan bahwa Pentagon gagal dalam melindungi informasi sensitif yang dimilikinya, sepertti mendeteksi dan mencegah pencurian data dan mengunduh data dari database militer.

“Kenyataannya, seseorang dapat duduk dan mengakses data dan menyalinnya ke dalam memory stick, ini adalah praktek keamanan yang sangat buruk,” ujar Steven Aftergood, intelijen di American Federation of Scientist.
Selengkapnya >>>

Hacker 'WikiLeaks' Lumpuhkan Server PayPal

Server situs layanan pembayaran online PayPal sempat lumpuh dan tidak bisa diakses setidaknya selama 1 jam 20 menit. Menurut situs TheNextWeb, kemungkinan besar ini disebabkan oleh serangan para peretas pendukung situs WikiLeaks.





Diperkirakan, tumbangnya server PayPal disebabkan oleh serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang dilancarkan oleh para pendukung WikiLeaks. Tumbangnya layanan PayPal menyusul situs MasterCard dan VISA yang sebelumnya juga sempat dilumpuhkan para peretas.

Sejak beberapa hari lalu, para pendukung WikiLeaks memang telah mengincar PayPal karena penyedia layanan pembayaran online milik eBay itu membekukan secara permanen akun WikiLeaks beserta rekening sebesar 60 ribu Euro karena menganggap situs tersebut telah melanggar syarat penggunaan PayPal.

Belakangan, tekanan dari para pendukung WikiLeaks membuat PayPal berpikir ulang untuk membekukan sisa uang di rekening PayPal. Lewat postingan di blognya, PayPal berniat untuk melepas sisa rekening WikiLeaks di PayPal.

"Akun WikiLeaks akan tetap dilarang, namun PayPal akan melepas semua sisa dana yang ada di rekening WikiLeaks," kata PayPal.

Menurut PayPal di blognya, keputusan mereka memang selalu akan dikaitkan dengan isu politik, hukum, dan debat tentang kebebasan berpendapat.

"Namun, tidak ada satupun dari faktor-faktor tadi mempengaruhi keputusan kami. Pertimbangan kami hanya apakah WikiLeaks berlawanan dengan peraturan dan kebijakan penggunaan kami," kata PayPal.

Tapi, kepada situs DailyMail, seorang pejabat PayPal mengakui bahwa salah satu sebab situsnya menghentikan layanannya kepada WikileLeaks adalah karena adanya tekanan dari Departemen Luar Negeri AS.

"Deplu mengatakan kepada kami bahwa mereka melakukan berbagai aktivitas ilegal activities. Itu dilakukan langsung," kata Vice President PayPal Osama Bedier. Menurutnya, Deplu menyatakan WikiLeaks ilegal pada 27 November lalu.

Sementara, para hacker pendukung WikiLeaks yang menamakan diri mereka Anonymous, secara terbuka mengakui serangan DDoS yang mereka lancarkan kepada beberapa 'musuh' WikiLeaks.

"Selama ini kami tidak banyak berafiliasi dengan WikiLeaks, namun kini kami berjuang untuk tujuan yang sama. Kami menginginkan transparansi dan melawan penyensoran. Oleh karenanya kami ingin meningkatkan kesadaran kepada semua orang untuk menyerang pihak-pihak yang melawan kebebasan dan demokrasi," kata Anonymous di situs mereka.

"Kami akan menemukan dan menyerang siapapun yang berdiri menentang WikiLeaks dan kami akan mendukung WikiLeaks untuk memenuhi apapun yang mereka butuhkan."
Selengkapnya >>>

PBB Prihatin Perang Internet WikiLeaks

Perang internet (cyber war) yang gencar akhir-akhir ini menyangkut sepak terjang WikiLeaks telah membuat prihatin suatu lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).Bagi PBB, isu WikiLeaks ini seharusnya diselesaikan melalui jalur hukum, bukan melalui perang internet yang merugikan banyak pihak.

Demikian ungkap Komisaris Tinggi PBB untuk urusan Hak Asasi Manusia (HAM) Navi Pillay di Jenewa, Swiss, Kamis 9 Desember 2010 waktu setempat. "Inilah apa yang disebut media sebagai perang internet. Situasi saat ini benar-benar menakjubkan," kata Pillay seperti dikutip kantor berita Associated Press.

Dia prihatin bahwa situasi yang menyangkut WikiLeaks telah menyebabkan baku serang antarperetas di dunia maya dan telah melibatkan sejumlah perusahaan terkemuka dalam layanan maupun aktivitas mereka di internet.

"Saya prihatin atas laporan mengenai tekanan pada sejumlah perusahaan swasta - di antaranya bank, perusahaan kartu kredit, dan penyedia layanan internet yang menutup aliran kredit bagi sumbangan untuk WikiLeaks sekaligus menghentikan layanan sistem [hosting] bagi laman itu," kata Pillay dalam jumpa pers.

Sejumlah perusahaan yang berbasis di AS memutuskan kerjasama dengan WikiLeaks. Mereka di antaranya Mastercard, Visa, Amazon.com, PayPal, dan Every DNS. Kebijakan mereka itu menghantam operasional WikiLeaks, yang telah membuat resah AS dan banyak negara karena mengungkap informasi sensitif sejak 28 November 2010. Bagi pemerintah AS, sepak terjang WikiLeaks itu dianggap sebagai pencurian data dan mempertaruhkan kepentingan banyak pihak.

Sebagai balasan, para peretas (hacker) yang menjadi simpatisan WikiLeaks dan pendirinya, Julian Assange, melakukan serangan balasan dengan mensabotase laman milik perusahaan-perusahaan itu.

Pillay mengatakan bahwa masalah WikiLeaks harus diselesaikan secara hukum, bukan dengan pemutusan kontrak secara sepihak maupun sabotase. "Bila WikiLeaks diketahui melakukan perbuatan yang ilegal, maka ini harus ditangani lewat sistem hukum, bukan melalui tekanan dan intimidasi yang melibatkan pihak-pihak ketiga," kata Pillay.
Selengkapnya >>>

Pendukung WikiLeaks Kobarkan Perang Cyber

Tekanan yang terus menerus dialami oleh WikiLeaks dan pendirinya, memicu aksi balas dendam yang dilakukan oleh para hacktivist (aktivis hacker).Kelompok hacker pendukung pendiri WikiLeaks Julian Assange melakukan serangkaian serangan cyber terhadap beberapa pihak yang dianggap mengambil sikap bermusuhan.


Situs-situs web yang dianggap memusuhi WikiLeaks, seperti PayPal, Swiss Bank PostFinance (postfinance.ch), situs resmi penuntut umum Assange di Swedia (aklagare.se), dan situs senator Lieberman (lieberman.senate.gov) yang secara vokal menentang Assange, berhasil mereka lumpuhkan melalui inisiatif yang mereka namakan: Operation Payback.

"Tujuan Operation Payback bukan sekadar hacking untuk mencari keuntungan. Pada kasus ini, tujuan hacker adalah melumpuhkan layanan dan memprotes. Yang kami lihat di sini adalah serangan yang sangat fokus, untuk menjatuhkan server-server karena mengganggap ada ketidakadilan," ujar Noa Bar Yossef, pakar keamanan senior dari firma keamanan komputer Imperva, kepada PCWorld.

Pakar keamanan dari PandaBlogs Sean-Paul Correl, mengungkapkan akibat serangan Operation Payback, situs PayPalBlog.com sempat down selama 8 jam 15 menit. Serangan memakai metode Distributed Denial of Services (DDoS/ DoS).

Tidak seperti serangan DoS pada umumnya yang biasanya membombardir situs sasaran dengan ribuan atau bahkan ratusan ribu spam dari komputer-komputer PC yang telah ditulari dengan malware, menurut Bar Yossef, Operation Payback merekrut orang-orang dari dalam jaringan mereka untuk mengunduh kode program tertentu yang merupakan malware DoS itu sendiri.

Maka, tidak ada mesin komputer yang menjadi korban (atau disebut sebagai botnet) karena pemiliknya terlibat secara sadar menjadikan komputer mereka sebagai botnet dan alat untuk membungkam pihak-pihak yang memusuhi WikiLeaks.

Seperti diketahui, sebelumnya PayPal membekukan rekening WikiLeaks sebesar 60 ribu Euro karena menganggap situs pembocor rahasia ini telah menyalahi kebijakan syarat penggunaan.

Langkah yang sama, kemudian dilakukan oleh Swiss Bank Post Finance (layanan keuangan kantor pos Swiss), yang membekukan rekening dan aset WikiLeaks sebesar 31 ribu Euro. Akibat aksi pembekuan itu, setidaknya Assange dan WikiLeaks kehilangan sekitar 100 ribu Euro donasi dari orang-orang yang bersimpati.

Mastercard dan VISA juga telah menutup layanan penyaluran donasi terhadap WikiLeaks. Padahal, di saat yang sama, menurut editor teknologi situs Guardian Charles Arthur baik Mastercard dan VISA, sama sekali tidak membekukan layanan donasi terhadap gerakan berbau rasis seperti Ku Klux Klan.

"Drama WikiLeaks tentu akan menjadi semacam perang cyber. dan perang semacam ini secara virtual tak bisa dimenangkan. Internet begitu dinamis. Tak mungkin menutup sebuah organisasi seperti WikiLeaks yang memiliki dukungan begitu populer. Hosting dan opsi pendanaannya secara virtual tak mungkin dihentikan," kata pendiri Antiwar.com Eric Garris.
Selengkapnya >>>

Pendiri Wikileaks Dibekuk, Hacker Membalas

Setelah Julian Assange ditangkap polisi Inggris, para hacker pendukung pendiri situs Wikileaks, menjebol sejumlah situs yang selama ini dikenal sebagai memusuhi Julian. Pembobolan atas sejumlah situs itu dilakukan hari ini, Rabu 8 Desember 2010.

Para hacker itu menilai bahwa selama ini, sejumlah situs itu aktif berkampanye anti Julian dan secara terbukan mendukung penangkapannya. Julian ditangkap polisi Inggris atas permintaan pengadilan Swedia, karena kasus pemerkosaan, kasus yang sungguh jauh dari urusan Wikileaks.

Menurut kantor berita CNN, Assange ditangkap Selasa, 7 Desember 2010, pada pukul 9.30 pagi waktu setempat. Kini ia ditahan di kantor polisi London dan menghadiri pengadilan di kota Westminster hari itu juga.

Pria 39 tahun ini menghadapi serangkaian pertanyaan menyangkut tuduhan pemerkosaan, pelecehan seks, dan pemaksaan ilegal, yang diduga dilakukannya di Swedia. Pemerintah Swedia menyebutkan, penangkapan ini tidak ada sangkut pautnya dengan aktivitas Assange di WikiLeaks.

Meski demikian, kuasa hukum Assange, Mark Stephens menyatakan bahwa tuduhan perkosaan atas Assange adalah sebuah permainan politik. Pasalnya, beberapa bulan terakhir, kliennya itu mendapat sorotan dunia karena membocorkan informasi sensitif berkategori rahasia milik pemerintah AS melalui situsnya.

Dugaan akal-akalan tuduhan itu juga diungkapkan Christine Assange, seorang pengelola bisnis pertunjukan boneka asal Queensland, Australia yang tak lain adalah ibunda Julian.

Christine mengaku tidak percaya atas semua yang dituduhkan pada anaknya. “Banyak hal yang ditulis mengenai saya dan Julian tidak benar,” ucap Christine.

Menurut Christine, mencari kebenaran adalah sifat Julian sejak kecil dan WikiLeaks adalah salah satu sarana untuk itu. “Dia melakukan apa yang dianggapnya hal yang baik di dunia, yaitu melawan kaum jahat,” ucap Christine.

Meski Julian Assange sudah ditangkap Kepolisian Inggris, WikiLeaks tak lantas surut. Situs 'peniup peluit' itu akan terus membocorkan kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat yang bisa membuat malu negara adidaya itu.

“Tindakan terhadap pemimpin redaksi kami, Julian Assange tak akan mempengaruhi operasi. Kami akan merilis lebih banyak bocoran malam ini seperti biasa,” demikian disampaikan WikiLeaks dalam akun Twitternya, Selasa 7 Desember 2010 malam.

Sejauh ini, WikiLeaks telah membocorkan sejumlah dokumen yang melibatkan negeri Paman Sam dalam sejumlah isu sensitif, termasuk terkait Iran, Afghanistan, juga China.

Keputusan WikiLeaks untuk tetap maju melegakan di kalangan pendukung Assange -- yang khawatir penahanan pria 39 tahun itu akan mempengaruhi kerja organisasi.
Tekanan yang terus menerus dialami oleh WikiLeaks dan pendirinya, memicu aksi balas dendam yang dilakukan oleh para hacktivist (aktivis hacker). Kelompok hacker pendukung pendiri WikiLeaks itu melakukan serangkaian serangan cyber terhadap beberapa pihak yang dianggap mengambil sikap bermusuhan.

Situs-situs web yang dianggap memusuhi WikiLeaks, seperti PayPal, Swiss Bank PostFinance (postfinance.ch), situs resmi penuntut umum Assange di Swedia (aklagare.se), dan situs senator Lieberman (lieberman.senate.gov) yang secara vokal menentang Assange, berhasil mereka lumpuhkan melalui inisiatif yang mereka namakan: Operation Payback.

“Tujuan Operation Payback bukan sekadar hacking untuk mencari keuntungan. Pada kasus ini, tujuan hacker adalah melumpuhkan layanan dan memprotes. Yang kami lihat di sini adalah serangan yang sangat fokus, untuk menjatuhkan server-server karena mengganggap ada ketidakadilan,” kata Noa Bar Yossef, pakar keamanan senior dari firma keamanan komputer Imperva, kepada PCWorld.

Sean-Paul Correl, pakar keamanan dari PandaBlogs mengungkapkan, akibat serangan Operation Payback, situs PayPalBlog.com sempat down selama 8 jam 15 menit. Serangan memakai metode Distributed Denial of Services (DDoS/ DoS).

Tidak seperti serangan DoS pada umumnya yang biasanya membombardir situs sasaran dengan ribuan atau bahkan ratusan ribu spam dari komputer-komputer PC yang telah ditulari dengan malware, menurut Bar Yossef, Operation Payback merekrut orang-orang dari dalam jaringan mereka untuk mengunduh kode program tertentu yang merupakan malware DoS itu sendiri.

Dengan demikian, tidak ada mesin komputer yang menjadi korban (atau disebut sebagai botnet) karena pemiliknya terlibat secara sadar menjadikan komputer mereka sebagai botnet dan alat untuk membungkam pihak-pihak yang memusuhi WikiLeaks.

Saat ini WikiLeaks memang satu-satunya situs pembocor rahasia yang telah membuat Amerika Serikat dan beberapa negara lain kelimpungan. Namun dalam waktu dekat, akan ada situs pembocor rahasia lain yang akan menjadi saingan dan justru dibentuk oleh salah satu mantan juru bicara WikiLeaks.

Daniel Domscheit-Berg atau yang lebih dikenal dengan nama Daniel Schmitt, 32, adalah mantan staf senior WikiLeaks yang mengundurkan diri pada September lalu.

Dalam wawancara dengan majalah Jerman Der Spiegel yang dilansir dari laman Associated Press, Schmitt mengatakan akan membuat situs pembocor rahasia yang lebih baik daripada WikiLeaks.

Schmitt mengatakan, situs yang akan ia buat memiliki infrastruktur teknis yang memungkinkan seseorang mengirimkan dokumen rahasia yang diperolehnya, persis seperti WikiLeaks. Si pengirim juga akan tetap anonim untuk menjaga keamanannya.

Namun berbeda dengan WikiLeaks, situs ini memberikan pilihan kepada pengirim dokumen bagaimana dan kepada siapa informasi yang dia berikan akan dibocorkan.

Saat ini, Schmitt mengatakan, WikiLeaks memiliki masalah struktural yang parah. Banyak dokumen hanya bertumpuk dan staf lain tidak dibiarkan untuk menyentuhnya. Assange adalah satu-satunya orang yang mengatur semua penyebaran dokumen. Inilah alasan mengapa ia akan mendirikan situs yang lebih baik dibanding WikiLeaks.
Langkah Schmitt diikuti pula oleh Alexei Navalny, seorang jurnalis dan blogger populer asal Russia. Seperti halnya WikiLeaks, situs bernama Rospil.info yang ia buat memberikan kesempatan pada siapapun untuk mempublikasikan informasi yang berkaitan dengan praktek-praktek korupsi di Russia serta mendiskusikannya secara online.

Seperti dikutip dari kantor berita Rusia Ria Novosti, banyak pakar menyambut baik situs web semacam ini, karena bisa menjadi sumber informasi yang baik untuk memberantas praktek korupsi di Rusia.

Apalagi, selama ini, Navalny merupakan tokoh yang telah dikenal baik oleh publik. Navalny adalah pemilik saham minoritas beberapa perusahaan Rusia. Ia merupakan tokoh yang secara konsisten mengkampanyekan praktek bisnis yang lebih transparan di Rusia.

Rusia sendiri, selama ini dicap oleh organisasi Transparansi Internasional sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Menurut indeks persepsi korupsi 2009 yang dikeluarkan organisasi itu, Rusia menduduki peringkat 146 dari 180, atau berada di bawah negara Togo, Pakistan, dan Libya.

Sementara Indonesia pada tahun 2009 berada pada posisi 111. Tapi setidaknya, hingga saat ini belum ada situs pembocor dokumen rahasia seperti WikiLeaks atau Rospil.info di Indonesia. Berminat mendirikan?
Selengkapnya >>>